Logika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berpikir
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].
Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan
kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke
dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan
dengan masuk akal.
Daftar isi [sembunyikan] [sembunyikan]
1 Logika sebagai ilmu pengetahuan
2 Logika sebagai cabang filsafat
3 Sejarah Logika
3.1 Masa Yunani Kuno
3.2 Abad pertengahan dan logika modern [2]
4 Logika sebagai matematika murni
5 Kegunaan logika
6 Macam-macam logika
6.1 Logika alamiah
6.2 Logika ilmiah
7 Referensi
8 Pranala luar
[sunting]
Logika sebagai ilmu pengetahuan
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya
adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika
adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
[sunting]
Logika sebagai cabang filsafat
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini
berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam
usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya,
filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain
dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang
bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika
dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang
matematika.
[sunting]
Sejarah Logika
[sunting]
Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama
yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip
atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika
induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian
disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik
kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah
jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut
Aristoteles disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah
arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah
mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah
merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang
secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat
dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles
adalah silogisme.
Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
De interpretatione tentang keputusan-keputusan
Analytica Posteriora tentang pembuktian.
Analytica Priora tentang Silogisme.
Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi
pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium
334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa
Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada
Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa
Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
[sunting]
Abad pertengahan dan logika modern [2]
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De
Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan
sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
Petrus Hispanus 1210 - 1278)
Roger Bacon 1214-1292
Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan
oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke
(1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang
diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada
pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik
seperti:
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar
berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan
menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
George Boole (1815-1864)
John Venn (1834-1923)
Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat
yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik
dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang
menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan
terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred
North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951),
Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
[sunting]
Logika sebagai matematika murni
Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah
logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode
ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika
simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis,
Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan
logika dengan menerapkan metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North
Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
[sunting]
Kegunaan logika
Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam
dan mandiri.
Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan
asas-asas sistematis
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan
analitis sebagaimana tersebut point 1 maka akan meningkatkan citra diri
seseorang.
[sunting]
Macam-macam logika
[sunting]
Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia
ada sejak lahir.
[sunting]
Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus
ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal
budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih
aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling
tidak, dikurangi.
[sunting]
Referensi
^ Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Oleh Jan Hendrik
Rapar. Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-676-8
^ Logika Selayang Pandang. Oleh Alex Lanur OFM. Penerbit Kanisius 1983.
ISBN 979-413-124-5